expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Selasa, 24 Desember 2013

PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN





A.              PENGERTIAN KEPRIBADIAN (PERSONALITY)
Secara historis  etymologis kata kepribadian (personality) berasal dari kata latin persona yang berarti topeng yang di gunakan dalam sandiwara pada zaman Romawi.
            Berbicara tentang  pengertian kepribadian itu  sangat beragam, hal itu di sebabkan oleh teori  yang dikemukakan oleh banyak para ahli yang berbeda , karena  pada dasarnya  setiap orang mempunyai kepribadian yang berbeda. Gordon W. Allport  menguraikan definisi kepribadian (personality is dinamic organization within the individual those psychophysical system that determine his unique adjustments to his environment ) kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri individu sebagai sistem psiko-fisik yang menentukan caranya yang unik dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya[1].
            Berdasarkan definisi tersebut kepribadian memiliki beberapa unsur sebagai berikut:
a.       Kepribadian itu merupakan suatu organisasi yang dinamis tidak statis.
b.      Organisasi tersebut terdapat dalam diri individu, bukan sebaliknya.
c.       Organisasi itu terdiri dari system psikis (bakat dan sifat),serta system fisik (anggota dan organ-organ tubuh yang  saling terkait).
d.      Organisasi itu menentukan corak  penyesuaian diri yang unik dari tiap individu terhadap lingkungannya.
            Dengan demikian definisi di atas menunjukkan  bahwa  setiap individu bertingkah laku dengan caranya sendiri , karena setiap individu memiliki kepribadian sendiri, oleh karena tidak ada individu  yang berkepribadian sama ,maka tidak mungkin ada dua orang yang bertingkah laku sama
.
B.              FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPRIBADIAN
              Pribadi manusia dapat berubah, itu berarti bahwa pribadi manusia itu mudah atau dapat dipengaruhi oleh sesuatu. Memanglah demikian keadaannya. Karena itu, ada usaha mendidik pribadi, membentuk pribadi, membentuk watak atau mendidik watak anak. Yang artinya adalah berusaha untuk memperbaiki kehidupan anak yang Nampak kurang baik, sehingga menjadi baik.
              Untuk melatarbelakangi bagaimana usaha membentuk pribadi seseorang, ada baiknya kita menengok sejenak ke sejarah psikologi yang membahas masalah ini. Sejak dahulu memang sudah disepakati bahwa pribadi tiap orang itu tumbuh atas dua kekuatan, yaitu kekuatan dari dalam, yang sudah dibawa sejak lahir, berwujud benih, bibit, atau sering juga disebut kemampuan-kemampuan dasar, Ki Hajar Dewantara menyebutnya factor dasar. Dan kekuatan dari luar, factor lingkungan, atau yang oleh Ki Hajar Dewantara disebut factor ajar. Yang belum disepakati adalah factor manakah yang lebih kuat antara kedua factor tersebut.
              Sejak dahulu ada dua aliran yang saling bertentangan, yaitu kaum nativisme yang dipelopori oleh Schoupenhouer, berpendapat bahwa factor pembawaan lebih kuat daripada factor yang datang dari luar. Aliran ini disokong oleh aliran naturalism yang ditokohi oleh J.J. Rousseoau, yang berpendapat bahwa segala yang suci dari tangan Tuhan, rusak di tangan manusia. Anak manusia itu sejak lahir, ada di dalam keadaan yang suci, tetapi karena dididik oleh manusia, malah menjadi rusak. Ia bahkan kenal dengan segala macam kejahatan, penyelewengan, korupsi, dan sebagainya. Didalam keadaan sehari-hari sering juga dapat kita lihat adanya orang-orang yang hidup dengan bakatnya yang telah dibawa sejak lahir, yang memang sukar sekali dihilangkan dengan pengaruh apapun juga. Di pihak lain, aliran empirisme, yang dipelopori oleh John Locke, dengan teori tabula rasanya, berpendapat bahwa anak sejak lahir masih bersih seperti tabula rasanya, dan baru akan dapat berisi bila ia menerima ssuatu dari luar, lewat alat inderanya. Karena itu, pengaruh dari luar lah yang paling kuat daripada pembawaan manusia. Aliran ini disokong oleh J.F.Herbart dengan teori psikologi asosiasinya, yang berpendapat bahwa jiwa manusia sejak dilahirkan itu masih kosong. Baru akan berisi sesuatu bila alat inderanya telah dapat menagkap sesuatu, yang kemudia diteruskan oleh urat syarafnya, masuk didalam kesadarannya, yaitu jiwa. Didalam kesadaran ini, hasil tangkapan itu tadi meninggalkan bekas. Bekas ini disebut tanggapan. Semakin lama alat indera yang dapat menangkap rangsang dari luar ini semakin banyak dan semuanya itu meninggalkan tanggapan. Didalam kesadaran ini tanggapan yang sejenis, sedangkan yang tolak menolak adalah tanggapan yang tidak sejenis.
              Didalam kehidupan sehari-hari juga dapat kita saksikan kebenaran teori tersebut. Misalnya kita yang waktu kecil belum dapat apa-apa, setelah bersekolah kita dapat mengetahui apa yang diajarkan oleh guru kita. Kita dapat membaca, menggambar, berhitung dan sebagainya. Yang itu adalah merupakan pengaruh dari luar.
              Melihat pertentangan kedua aliran tersebut, W.Stern, mengajukan teorinya yang terkenal dengan teori perpaduan atau teori covergenci, yang berpendapat bahwa kedua kekuatan itu sebenarnya berpadu menjadi satu. Keduanya saling member pengaruh. Bakat yang ada pada anak, ada kemungkinan tidak akan berkembang kalau tidak dipengaruhi dari segala sesuatu yang ada di lingkungannya. Demikian pula pengaruh dari lingkungan juga tidak akan dapat berfaedah apabila tidak ada yang menanggapi di dalam jiwa manusia. Hasil paduan itu kemudian digambarkan oleh W.Stern sebagai garis diagonal dari suatu jajaran genjang, tentang kekuatan yang manakah yang lebih menentukan, tentu saja bergantung pada factor manakah yang lebih kuat diantara kedua factor tersebut. Misalnya seorang anak yang berbakat melukis, dia akan menunjukkan bakatnya di setiap saat. Demikian pula anak yang berbakat lainnya, sekalipun ia mendapatkan rintangan dari luar. Tetapi juga sebaliknya, bila anak tersebut tidak berbakat teknik, sekalipun diajarkan kepadanya pengetahuan tentang teknik sampai ke Perguruan Tinggi sekalipun, ia tetap tidak akan tertarik. Ia hanya akan dapat melakukannya seperti ap yang dicontohkannya. Ia tidak akan tertarik dan tidak akan mendalaminya, sehingga karena itu hasil kerjanyapun tidak akan memuaskan.
              Adapun yang termasuk factor dalam atau factor pembawaan, ialah segala sesuatu yang telah dibawa oleh anak sejak lahir, baik yang bersifat kejiwaan maupun yang bersifat ketubuhan. Kejiwaan yang berwujud pikiran, perasaan, kemauan, fantasi, ingatan dan sebagainya, yang dibawa sejak lahir, ikut menentukan pribadi seseorang. Keadaan jasmanipun demikian pula, panjang pendeknya leher, besar kecilnya tengkorak, susunan urat syaraf, otot-otot, susunan dan keadaan tulang-tulang, juga mempengaruhi keadaan pribadi manusia.
              Yang termasuk di dalam factor luar (lingkungan), ialah segala sesuatu yang ada di luar manusia, baik yang hidup maupun yang mati. Baik tumbuh-tumbuhan, hewan, manusia, maupun batu-batu, gunung-gunung, candi, buku-buku, lukisan, gambar, musim, angin, keadaan udara, curah hujan, jenis makanan pokok, pekerjaan orangtua, hasil-hasil budaya yang bersifat material maupun spiritual. Semuanya itu ikut serta membentuk pribadi seseorang yang berada di lingkungan itu. Dengan demikian maka si pribadi itu dengan lingkungannya menjadi saling berpengaruh. Si pribadi terpengaruh lingkungan dan lingkungan diubah oleh si pribadi. Demikian pula factor yang ada di dalam pribadi itu sendiri. Factor-faktor intern itu berkembang dan hasil perkembangan itu dipergunakan untuk mengembangkan pribadi itu lebih lanjut. Dengan demikian, kita dapat mengetahui bagaimana kompleksnya perkembangan pribadi dan bagaimana uniknya pribadi itu, sebab tentu saja tidak ada pribadi yang satu yang benar-benar identik dengan pribadi yang lain. Inilah sebabnya mengapa tiap pribadi itu selalu bersifat kompleks dan unik. [2]
              Selain factor yang telah disebut diatas, ada juga yang membagi factor yang mempengaruhi kepribadian menjadi 3, yaitu :
1.      Faktor biologis
       Yaitu faktor yang berhubungan dengan keadaan jasmani atau sering disebut faktor fisiologis. Sifat-sifat jasmani yang ada pada setiap orang ada yang diperoleh dari keturunan, dan ada pula yang merupakan pembawaan anak/orang itu masing-masing. Keadaan fisik yang berlainan itu menyebabkan sikap dan sifat-sifat yang berbeda-beda pula.[3]
Secara sepintas pengaruh keturunan (hereditas) tampak memiliki peran penting dalam pembentukan struktur badan seperti tinggi, berat dan kuat. Namun, kita juga tidak dapat mengabaikan pengaruh lingkungan dalam pembentukan karakter nalar seperti kecerdasan, baik itu persoalan makanan, kesehatan, olahraga, memiliki pengaruh besar pada perbedaan individual. Begitu juga dengan proses pendidikan dan pelatihan keterampilan. [4]
2.      Faktor sosial
              Yang dimaksud dengan faktor sosial disini ialah masyarakat, yakni manusia-manusia lain di sekitar individu yang mempengaruhi individu yang bersangkutan. Yang termasuk juga tradisi-tradisi, adat istiadat, peraturan-peraturan, bahasa dan sebagainya yang berlaku dalam masyarakat itu.
3.      Faktor kebudayaan
            Meliputi cara-cara hidup, adat istiadat, kebiasaan-kebiasaan, bahasa, kepercayaan dari suatu daerah/masyarakat tertentu berbeda dengan masyarakat yang lain. Perkembangan dan pembentukan kepribadian pada diri masing-masing orang/anak tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan masyarakat dimana anak itu dibesarkan. [5]
C.              TIPE-TIPE KEPRIBADIAN
Dalam sejarah perkembangan psikologi penyelidikan para ahli terhadap watak dan kepribadian itu terus berkembang. Bermacam- macam approach di lakukan oleh banyak tokoh psikologi yang terkenal di berbagai Negara besar seperti belanda jerman dan masih banyak yang lainnya. Uraian ini berhubungan dengan  pembahasan karakterologi yang dilakukan oleh G. Heymans seorang psikolog bangsa belanda yang melihat azas tingkah laku seseorang  ditentukan oleh 3 azas yang akan di uraikan sebagai berikut:
a.       Azas emosionalitas, yaitu hal cepat atau mudahnya seseorang dipengaruhi oleh kehidupan perasaannya (emosi).
b.      Azas aktivitas ialah suatu sifat yang menunjukkan mudahnya seseorang melakukan suatu perbuatan secara spontan. Artinya individu yang memiliki azas ini ingin selalu aktif bekerja melakukan kegiatan-kegiatan[6].
c.       Azas fungsi sekunder (secondary-function)  yaitu kuat atau tidaknya seseorang  menerima dan menyimpan lama kesan kesan dalam jiwanya[7].
Heymans berkesimpulan ada delapan jenis tipe  kepribadian seseorang berdasarkan ada dan tidaknya ketiga azas tersebut, untuk lebih mudahnya maka kita susun sebagai satu table sebagai berikut
No.
Kepribadian
Emosionalitas
Aktifitas
Fungsi Sekunder
1
Amorf
-
-
-
2
Sanguinis
-
+
-
3
Flegmatis
-
+
+
4
Apatis
-
-
+
5
Nerves
+
-
-
6
Koleris
+
+
-
7
Berpasi
+
+
+
8
Sentimental
+
-
+

Berdasarkan kuat dan tidaknya  azas azas yang ada tiga jenis itu, maka Heymans menerangkan sifat watak atau kepribadian seseorang sebagai berikut:
a.       Amorf (E-A-FS-)
Orang  tipe ini biasanya sifat-sifatnya: dalam berfikir (intelektual) kurang, biasa berfikir dangkal, tidak praktis, picik. Ia  pembeo,kaku, pelupa dan tidak cepat faham. Mereka suka minum, pemboros, dingin dalam pembicaraan, singkat bicara, suka dikuasai orang lain dan mengisolir diri sendiri serta suka menyepi.
b.      Sanguinis (E- A+ FS-)
Sifatnya infantilistik (kekanak kanakan ) namun tidak mudah bingung, ketika punya masalah biasanya selalu dapat mengatasinya, cekatan dan pemberani serta periang.  Ia suka bergaul, suka membaca dan kuat ingatannya.
c.       Flegmatis (E- A+ FS+)
Bersikap tenang, sadar, teratur, dapat menguasai emosi. Ia tekun bekerja, teratur, teliti, sabar dan bijaksana.biasanya optimis, tidak mudah patah harapan, cerdas dan mandiri(independent), ingatan kuat, daya tanggapan baik,  mathematisch, suka membaca dan berfikir(intelektual).
d.      Apatis (E-A- FS+)
Dikatakan manusia mesin, sukar bergaul, tertutup, pendiam, sukar tertawa. Ia apatis terhadap soal-soal social politik , jauh dari self respect dan gila hormat atau ingin berkuasa, teguh pada pendirian dan pendendam. Kehidupan pribadinya pemurung, tidak praktis dan dalam pandangan politik konservatif.
e.       Nerves (E+ A-FS-)
Pada umumnya tipe ini selalu mengedepankan emosi, sukar diduga dan tidak tetap pendirian. Sangat mudah tersinggung dan kehilangan keseimbangan  serta mudah membantah pendapat orang lain. Ia agresif dalam tindakannya, tidak sabar, dangkal dalam berpikir dan berpendapat , tidak praktis, gugup dalam berpidato,kaku dalm pergaulan, namun selalu Nampak serius.
f.        Koleris (E+A+FS-)
Ia adalah orang yang mudah bergerak, lincah dalam bergaul, suka bekerja di waktu senggang, implusif dan berani. Ia adalah orang yang cekatan, praktis, namun kurang berpikir mendalam. Keadaan emosinya kuat, tida teguh pendirian, selalu berhati-hati dan telaten serta selalu optimis dan riang gembira.
g.       Berpasi (E+A+ FS +)
Semua tipe dasar positif  menunjukkan pribadi yang kurang sabar, bersikap curiga, mudah mengkritik dan sukar memaafkan saat tersinggung. Ia tekun dan teratur bekerja, teliti serta mandiri.ia punya target dalam tujuan tertentu, ambisius (gila kekuasaan). Keras dan berani.orang ini lebih ditakuti masyarakat daripada dicintai, perasaan family sistem kuat, namun dalam scope nasional ia adalh patriot-patriot yang baik dan loyal. Dalam kehidupan pribadi atau selaku pemimpin suka menolong keluarga dan bawahannya, bersemangat dan saat berpidato pandai “membakar” dan bersiakp orator.
h.       Sentimental (E+A-FS+)
Tipe ini di anggap manusia perayu,bersiakp garang dan implusif. Mereka dapat berpengaruh dan mempengaruhi orang lain  dengan idealismenya,pecinta alam, namun suka menyepi, tidak periang dan tidak mudah tertawa serta agak kaku dalam pergaulan, tapi dan setia.
Hippocrates  dan Galenus membagi tipe kepribadian manusia menjadi empat golongan ditinjau dari keadaan zat cair yang ada didalm tubuhnya.
No.
Tipe
Karakteristik
Pengaruh terbanyak
1
Sanguinis
Periang, optimistis, cepat
Darah
2
Koleris
Mudah marah, garang, agresif dan sukar mengendaikan diri
Empedu kuning
3
Melankolis
Pesimistis , pemurung, selalu menaruh rasa curiga
Empedu hitam
4
Flegmatis
Lamban, pemalas, pesimistis, wajah pucat, berpendirian teguh
Lendir

C.G. Jung membagi tipe manusia dengan cara  yang  lain. Ia menyatakan bahwa  perhatian manusia tertuju pada dua arah sebagai berikut:
a.       Tipe extrovert , yaitu orang yang perhatiannya diarahkan ke luar dirinya. Orang tipe ini mempunyai sifat: terbuka, mudah  bergaul, ramah, penggembira, mudah mempengaruhi dan dipengaruhi lingkungan.
b.      Tipe introvert, yaitu orang yang perhatiannya lebih mengarah pada dirinya sendiri. Biasanya orang ini kurang pandai bergaul, pendiam, sukar dimengerti, suka menyendiri dan sering takut kepada orang lain.
Menurut penyelidikan ahli-ahli amerika serikat ada hubungan erat antara struktur phisik seseorang dengan watak atau tingkah laku. Teori ini disebut physical types   Seperti yang dikemukakan oleh seorang ahli penyakit jiwa yang bernama Kreschtmer , menurutnya kepribadian manusia menurut tipe atau tbuhnya masing-masing yaitu[8]:
a.       Pignis atau pyknoid: orang dengan perawakan gemuk(bundar), mempunyai sifat humor, gembira optimis
b.      Atletis yang bertubuh atlit mepunyai sifat realistis, ingin berkuasa dan extrovert.
c.       Astenis : bertubuh kurus (tipis) biasanya sifatnya pemurung, sensitive, kaku dalam pergaulan.
d.      Displastis (Hippoplastic):ialah orang yang perkembangannya tidak normal atau under develoved (kerdil)selamanya membunyai perasaan inferiorritas(tertutup).
Menurut Eduard Spranger kehidupan manusia dipengaruhi oleh dua macam kehidupan jiwanya, yaitu jiwa subyektif (jiwa perorangan) dan jiwa obyektif (nilai kebudayaan yang besar  pengaruhnya terhadap jiwa subyektif ), menurutnya  manusia dapat dibedakan atas enam nilai seperti table berikut:
No
Tipe
Karakteristik
1
Manusia politik
Ingin berkuasa, tidak ingin kaya, kurang mencintai kebenaran
2
Manusia ekonomi
Senang bekerja dan mengumpulkan harta,agak kikir, bangga dengan hartanya.
3
Manusia sosial
Suka berkorban dan mengabdi kepada tuhan, mencintai masyarakat , pandai bergaul
4
Manusia seni
Hidup bersahaja, gemar mencipta, mudah bergaul, suka menikmati keindahan
5
Manusia agama
Gemar memuja, hidup hanya untuk tuhan , tidak suka harta, suka menolong orang lain
6
Manusia teori
Gemar membaca, berfikir dan belajar, ingin serba tau, tidak ingin kaya

D.             ASPEK-ASPEK KEPRIBADIAN
Kepribadian itu mengandung pengertian yang sangat kompleks yang terdiri dari bermacam-macam aspek, baik fisik maupun psikis yaitu:
1.      Sifat-sifat kepribadian (personality traits).
Sifat dalam istilah psikologi berarti ciri-ciri tingkah laku yang tetap (hampir tetap) pada seseorang. Sifat merupakan kecenderungan-kecenderungan umum pada seseorang individu untuk menilai situasi-situasi dengan cara-cara tertentu dan bertindak sesuai dengan penilaian itu. Sifat merupakan ciri-ciri tingkah laku atau perbuatan yang banyak dipengaruhi oleh factor-faktor dalam diri manusia seperti pembawaan, minat, konstitusi tubuh dan cenderung bersifat tetap atau stabil.
2.      Intelegensi
Kecerdasan atau intelegensi merupakan aspek kepribadian yang penting. Termasuk di dalamnya kewaspadaan, kemampuan belajar, kecepatan befikir, kesanggupan untuk mengambil keputusan yang tepat, kepandaian menangkap dan mengelola kesan-kesan atau masalah, dan kemampuan mengambil keputusan.
3.      Pernyataan diri dan cara menerima kesan-kesan
Yang termasuk kedalam aspek ini adalah: kejujuran, berterus terang, menyelimuti diri, pendedam, tidak dapat menyimpan rahasia, mudah melupakan kesan-kesan, dan lain-lain.
4.      Kesehatan
Kesehatan jasmani atau bagaimana kondisi fisik sangat erat hubungannya dengan kepribadian seseorang.
5.      Sikapnya terhadap orang lain
Sikap seseorang terhadap orang lain tidak terlepas dari sikap orang itu terhadap dirinya sendiri. Bermacam-macam sikap yang ada pada seseorang turut menentukan kepribadianya.
6.      Pengetahuan
Pengetahuan yang dimiliki seseorang memainkan peranan penting di dalam pekerjaan/jabatannya, cara-cara penerimaan dan penyesuain sosialnya, pergaulanya, dan sebagainya.

7.      Keterampilan
Keterampilan seseorang dalam mengerjakan sesuatu, sangat mempengaruhi bagaiman cara orang itu bereaksi terhadap situasi-situasi tertentu, misalnya: kecakapan mengemudikan mobil, kecekatan dalam mengerjakan atau membuat pekerjaan-pekerjaan tangan.
8.      Nilai-nilai (values)
Nilai-nilai yang ada pada seseorang dipengaruhi oleh adat istiadat, etika, kepercayaan dan agama yang dianutnya. Semua itu mempengaruhi sikap, pendapat, dan pandangan seseorang yang selanjutnya tercermin dalam cara-cara kita bertindak dan bertingkah laku.
9.      Penguasaan dan kuat-lemahnya perasaan
Keadaan perasaan yang berbeda-beda pada seseorang sangat mempengaruhi kepribadianya.
10.  Peranan (roles)
Yang dimaksud peranan disini adalah kedudukan atau posisi seseorang di dalam masyarakat di man ia hidup. Termasuk dalam peranan ini ialah tempat dan jabatannya, macam pekerjaannya, dan tinggi rendahnya kedudukan itu.
11.  The self
The self adalah individu sebagaimana diketahui dan dirasakan oleh individu itu sendiri, ia terdiri dari self picture, yaitu aspek-aspek yang disadari dan pandangan individu tentang dirinya sendiri yang tidak disadari. Dengan kata lain the self adalah anggapan dan perasaan individu tentang siapa, apa, dan di mana sebenarnya ia berada.

E.              PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
Manusia lahir dengan potensi-potensi kepribadian menurut sifat-sifat individualitas yang unik baik psychologis maupun psycis. Meskipun pada dasarnya identitas kepribadian yang unik tiap-tiap individu berbeda-beda, akan tetapi secara umum dapat kita lihat factor-faktor apakah yang menentukan perkembangan pribadi manusia itu.
              Meskipun ada variasi yang berbeda-beda dalam perkembangan pribadi itu, ada satu hukum yang tanpa kecuali tiap individu menempuh proses itu.
“Every personality develops continually from the stage of infancy until death, and through out this span it persists eventhough it change”.
“Setiap pribadi berkembang continue dari masa bayi sampai meninggal dunia, dan melalui seluruh perkembangan hidup itulah perubahan-perubahan itu berlangsung walaupun adanya pribadi itu sendiri tetap”.
      Dalam seluruh perkembangan itu tampak bahwa tiap perkembangan maju muncul dalam cara-cara yang kompleks dan tiap perkembangan didahului oleh perkembangan sebelumnya. Ini berarti bahwa perkembangan itu tidak saja continue, tapi juga perkembangan fase yang satu diikuti dan menghasilkan (menentukan) perkembangan pada fase yang berikutnya.[9]
Ada beberapa pendapat tentang perkembangan kepribadian menurut beberapa tokoh, diantaranya ialah sebagai berikut :
1.      Carl Gustav Jung
Menurutnya ada 4 tahap perkembangan kepribadian, yaitu :
a.       Usia anak (Childhood)
Tahap ini berlangsung dari usia 0-12. Jung mengamati bahwa anak-anak sering mengalami kesulitan emosional. Menutnya, hampir pasti kesulitan itu merefleksikan “pengaruh buruk di rumah”. Sampai anak masuk sekolah, mereka masih belum memiliki kesadaran identitas diri. Menurut Jung, anak hidup dalam atmosfer jiwa yang tertutup yang diberikan orangtuanya, dan kehidupan psikisnya diatur oleh insting. Jelas salah sekali menginterpretasi anak yang aneh, keras kepala, tidak patuh, atau sukar diasuh, sebagai tingkahlaku yang sengaja atau tingkah laku yang terganggu secara serius. Dalam kasus semacam ini selalu harus diuji iklim psikologis dan sejarah pengasuhan anak. Hamper tanpa kecuali akan ditemukan bahwa penyebab “anak sulit” adalah orangtuanya.
b.      Usia pemuda
Tahap ini berlangsung dari pubertas sampai usia pertengahan. Tahap ini ditandai oleh meningkatnya kegiatan, kematangan seksual, tumbuhkembangnya kesadaran, dan pemahaman bahwa era bebas masalah dari kehidupan anak-anak sudah hilang.
c.       Usia pertengahan
Tahap ini dimulai antara usia 35 atau 40 tahun. Menurutnya, tahap ini ditandai dengan munculnya kebutuhan nilai spiritual, kebutuhan yang selalu menjadi bagian dari jiwa, tetapi pada usia muda dikesampingkan karena pada usia itu orang lebih tertarik dengan nilai materialistic. Usia pertengahan adalah usia realisasi diri. Mereka ingin memahami makna kehidupan dirinya.
d.      Usia tua
Menurutnya, usia tua mirip dengan usia anak-anak, pada kedua tahap itu fungsi jiwa sebagian besar bekerja di tak sadar. Pada anak-anak belum terbentuk fikiran dan kesadaran ego, sedangkan pada orang tua mereka berangsur-angsur tenggelam dalam tak sadar, dan akhirnya hilang masuk kedalamnya. Jika pada awal kehidupan orang takut hidup, pada usia tua hamper pasti orang takut mati.[10]
2.      Raymond B. Cattel
Menurutnya ada 6 tahap perkembangan kepribadian, yaitu :
a.       Tahap bayi (infancy, 0-6 tahun)
Pada tahap ini individu sangat dipengaruhi oleh orang tua dan saudara-saudaranya. Pengaruh-pengaruh tersebut membentuk sikap sosial, kekuatan superego, perasaan aman dan tidak aman, sikap terhadap otoritas, dan kemungkinan kecenderungan neurotic.
b.      Tahap anak (childhood, 6-14 tahun)
Ada awal kecenderungan menuju kemandirian dari orangtua dan meningkatnya identifikasi dengan sebayanya.
c.       Tahap adolesen (adolescence, 14-23 tahun)
Kejadian kelainan mental, neurosis, dan delinkuensi banyak muncul pada periode ini.
d.      Tahap kemasakan (maturity, 23-50 tahun)
Secara umum, awal tahap ini ditandai dengan kesibukan, kebahagiaan, dan produktifitas. Kepribadian cenderung menjadi tidak mudah berubah, lebih mantap, kalau dibandingkan dengan masa-masa sebelmunya.
e.       Tahap usia pertengahan (middle age, 50-60/70 tahun)
Kesehatan dan kekuatan mulai redup pada tahap ini, begitu pula dengan daya tarik pribadi. Biasanya ada uji ulang terhadap nilai-nilai yang menjadi pegangan hidup.
f. Tahap tua (senility, 60/70-mati)
Tahap final, melibatkan penyesuaian sejumlah kehilangan, kematian keluarga dan sahabat, pension, kehilangan status di masyarakat, mengikuti perasaan kesendirian dan tidak aman.[11]
3.      B.F. Skinner
Konsep perkembangan kepribadian dalam pengertian menuju kemasakan, realisasi diri, transendensi dan unitas kepribadian tidak diterima Skinner. Memang ada kemasakan fisik, yang membuat orang menjadi berubah, lebih peka dalam menerima stimulus dan lebih tangkas dan tanggap dalam merespon. Urutan kemasakan fungsi fisik yang sifatnya universal sesungguhnya memungkinkan penyusunan periodisasi perkembangan kepribadian, namun tidak dilakukan oleh Skinner karena dia memandang pengaruh eksternal lebih dominan dalam membentuk tingkah laku.[12]











BAB III
PENUTUP
A.     Kesimpulan

1.      Kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri individu sebagai sistem psiko-fisik yang menentukan caranya yang unik dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya.
2.      Faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian diantaranya adalah factor biologis, sosial, dan kebudayaan.
3.       Ada beberapa tokoh yang menjelaskan tentang tipe-tipe kepribadian, diantaranya adalah Heymans, Hippocrates, Galenus, C.G.Jung, Eduard Spranger. Dan mereka memiliki pendapat tentang tipe-tipe kepribadian yang berbeda-beda.
4.      Aspek-aspek kepribadian antara lain adalah sifat-sifat kepribadian (personality traits), intelegensi, pernyataan diri dan cara menerima kesan, kesehatan, sikapnya terhadap orang lain, pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai (values), penguasaan dan kuat-lemahnya perasaan, peranan (roles), the self.
5.      Ada beberapa tokoh yang menjelaskan tentang tahap-tahap perkembangan kepribadian, diantaranya adalah Carl Gustav Jung, Raymond B. Cattel, dan B.F. Skinner. Dan mereka memiliki pendapat tentang tipe-tipe kepribadian yang berbeda-beda.

B.     Saran
Dalam penulisan makalah ini, masih banyak terdapat kekurangan, jadi diharapkan kepada para pembaca agar kiranya memberikan masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.


[1] Alex shobur, Psikologi Umum, (Bandung : CV Pustaka setia, 2003), hal 300
[2] Su’adah dan Fauzik Lendriyono, Pengantar Psikologi, (Malang : UMM Press, 2003), hal 138
[3] Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2007), hal 154
[4] Abu Bakar, Psikologi dalam Perspektif Hadits, (Jakarta : Pustaka Al Husna Baru, 2004), hal 263
[5] Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2007), hal 154
[6] F Patty, Pengantar Psikologi Umum, (Surabaya : Usaha Nasional,1982), hal 160
[7] Agus sujianto dkk, Psikologi Kepribadian, (Jakarta : Sinar grafika offset, 1997), hal 33
[8] Ibid
[9]  F Patty, Pengantar Psikologi Umum, (Surabaya : Usaha Nasional,1982), hal 178
[10]  Alwisol, Psikologi Kepribadian, (Malang : UMM Press, 2006), hal 65
[11] Alwisol, Psikologi Kepribadian, (Malang : UMM Press, 2006), hal 296
[12] Ibid, hal 395

Tidak ada komentar:

Posting Komentar