A.
PENGERTIAN
KEPRIBADIAN (PERSONALITY)
Secara
historis etymologis kata kepribadian
(personality) berasal dari kata latin persona yang berarti topeng yang di
gunakan dalam sandiwara pada zaman Romawi.
Berbicara tentang pengertian kepribadian itu sangat beragam, hal itu di sebabkan oleh
teori yang dikemukakan oleh banyak para
ahli yang berbeda , karena pada
dasarnya setiap orang mempunyai kepribadian
yang berbeda. Gordon W. Allport menguraikan definisi kepribadian (personality
is dinamic organization within the individual those psychophysical system that
determine his unique adjustments to his environment ) kepribadian
adalah organisasi dinamis dalam diri individu sebagai sistem psiko-fisik yang
menentukan caranya yang unik dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya[1].
Berdasarkan
definisi tersebut kepribadian memiliki beberapa unsur sebagai berikut:
a. Kepribadian itu merupakan suatu
organisasi yang dinamis tidak statis.
b. Organisasi tersebut terdapat dalam
diri individu, bukan sebaliknya.
c. Organisasi itu terdiri dari system
psikis (bakat dan sifat),serta system fisik (anggota dan organ-organ tubuh
yang saling terkait).
d. Organisasi itu menentukan corak penyesuaian diri yang unik dari tiap individu
terhadap lingkungannya.
Dengan demikian definisi di atas
menunjukkan bahwa setiap individu bertingkah laku dengan
caranya sendiri , karena setiap individu memiliki kepribadian sendiri, oleh
karena tidak ada individu yang berkepribadian
sama ,maka tidak mungkin ada dua orang yang bertingkah laku sama.
B.
FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI KEPRIBADIAN
Pribadi
manusia dapat berubah, itu berarti bahwa pribadi manusia itu mudah atau dapat
dipengaruhi oleh sesuatu. Memanglah demikian keadaannya. Karena itu, ada usaha
mendidik pribadi, membentuk pribadi, membentuk watak atau mendidik watak anak.
Yang artinya adalah berusaha untuk memperbaiki kehidupan anak yang Nampak
kurang baik, sehingga menjadi baik.
Untuk
melatarbelakangi bagaimana usaha membentuk pribadi seseorang, ada baiknya kita
menengok sejenak ke sejarah psikologi yang membahas masalah ini. Sejak dahulu
memang sudah disepakati bahwa pribadi tiap orang itu tumbuh atas dua kekuatan,
yaitu kekuatan dari dalam, yang sudah dibawa sejak lahir, berwujud benih,
bibit, atau sering juga disebut kemampuan-kemampuan dasar, Ki Hajar Dewantara
menyebutnya factor dasar. Dan kekuatan dari luar, factor lingkungan, atau yang
oleh Ki Hajar Dewantara disebut factor ajar. Yang belum disepakati adalah
factor manakah yang lebih kuat antara kedua factor tersebut.
Sejak
dahulu ada dua aliran yang saling bertentangan, yaitu kaum nativisme yang dipelopori oleh Schoupenhouer, berpendapat bahwa
factor pembawaan lebih kuat daripada factor yang datang dari luar. Aliran ini
disokong oleh aliran naturalism yang ditokohi oleh J.J. Rousseoau, yang
berpendapat bahwa segala yang suci dari tangan Tuhan, rusak di tangan manusia.
Anak manusia itu sejak lahir, ada di dalam keadaan yang suci, tetapi karena
dididik oleh manusia, malah menjadi rusak. Ia bahkan kenal dengan segala macam
kejahatan, penyelewengan, korupsi, dan sebagainya. Didalam keadaan sehari-hari
sering juga dapat kita lihat adanya orang-orang yang hidup dengan bakatnya yang
telah dibawa sejak lahir, yang memang sukar sekali dihilangkan dengan pengaruh
apapun juga. Di pihak lain, aliran empirisme,
yang dipelopori oleh John Locke, dengan teori tabula rasanya, berpendapat bahwa
anak sejak lahir masih bersih seperti tabula rasanya, dan baru akan dapat
berisi bila ia menerima ssuatu dari luar, lewat alat inderanya. Karena itu,
pengaruh dari luar lah yang paling kuat daripada pembawaan manusia. Aliran ini
disokong oleh J.F.Herbart dengan teori psikologi asosiasinya, yang berpendapat
bahwa jiwa manusia sejak dilahirkan itu masih kosong. Baru akan berisi sesuatu
bila alat inderanya telah dapat menagkap sesuatu, yang kemudia diteruskan oleh
urat syarafnya, masuk didalam kesadarannya, yaitu jiwa. Didalam kesadaran ini,
hasil tangkapan itu tadi meninggalkan bekas. Bekas ini disebut tanggapan.
Semakin lama alat indera yang dapat menangkap rangsang dari luar ini semakin
banyak dan semuanya itu meninggalkan tanggapan. Didalam kesadaran ini tanggapan
yang sejenis, sedangkan yang tolak menolak adalah tanggapan yang tidak sejenis.
Didalam
kehidupan sehari-hari juga dapat kita saksikan kebenaran teori tersebut.
Misalnya kita yang waktu kecil belum dapat apa-apa, setelah bersekolah kita
dapat mengetahui apa yang diajarkan oleh guru kita. Kita dapat membaca,
menggambar, berhitung dan sebagainya. Yang itu adalah merupakan pengaruh dari
luar.
Melihat
pertentangan kedua aliran tersebut, W.Stern, mengajukan teorinya yang terkenal
dengan teori perpaduan atau teori covergenci,
yang berpendapat bahwa kedua kekuatan itu sebenarnya berpadu menjadi satu.
Keduanya saling member pengaruh. Bakat yang ada pada anak, ada kemungkinan
tidak akan berkembang kalau tidak dipengaruhi dari segala sesuatu yang ada di
lingkungannya. Demikian pula pengaruh dari lingkungan juga tidak akan dapat
berfaedah apabila tidak ada yang menanggapi di dalam jiwa manusia. Hasil paduan
itu kemudian digambarkan oleh W.Stern sebagai garis diagonal dari suatu jajaran
genjang, tentang kekuatan yang manakah yang lebih menentukan, tentu saja
bergantung pada factor manakah yang lebih kuat diantara kedua factor tersebut.
Misalnya seorang anak yang berbakat melukis, dia akan menunjukkan bakatnya di setiap
saat. Demikian pula anak yang berbakat lainnya, sekalipun ia mendapatkan
rintangan dari luar. Tetapi juga sebaliknya, bila anak tersebut tidak berbakat
teknik, sekalipun diajarkan kepadanya pengetahuan tentang teknik sampai ke
Perguruan Tinggi sekalipun, ia tetap tidak akan tertarik. Ia hanya akan dapat
melakukannya seperti ap yang dicontohkannya. Ia tidak akan tertarik dan tidak
akan mendalaminya, sehingga karena itu hasil kerjanyapun tidak akan memuaskan.
Adapun
yang termasuk factor dalam atau factor pembawaan, ialah segala sesuatu yang
telah dibawa oleh anak sejak lahir, baik yang bersifat kejiwaan maupun yang
bersifat ketubuhan. Kejiwaan yang berwujud pikiran, perasaan, kemauan, fantasi,
ingatan dan sebagainya, yang dibawa sejak lahir, ikut menentukan pribadi
seseorang. Keadaan jasmanipun demikian pula, panjang pendeknya leher, besar
kecilnya tengkorak, susunan urat syaraf, otot-otot, susunan dan keadaan
tulang-tulang, juga mempengaruhi keadaan pribadi manusia.
Yang
termasuk di dalam factor luar (lingkungan), ialah segala sesuatu yang ada di
luar manusia, baik yang hidup maupun yang mati. Baik tumbuh-tumbuhan, hewan,
manusia, maupun batu-batu, gunung-gunung, candi, buku-buku, lukisan, gambar,
musim, angin, keadaan udara, curah hujan, jenis makanan pokok, pekerjaan
orangtua, hasil-hasil budaya yang bersifat material maupun spiritual. Semuanya
itu ikut serta membentuk pribadi seseorang yang berada di lingkungan itu.
Dengan demikian maka si pribadi itu dengan lingkungannya menjadi saling
berpengaruh. Si pribadi terpengaruh lingkungan dan lingkungan diubah oleh si
pribadi. Demikian pula factor yang ada di dalam pribadi itu sendiri.
Factor-faktor intern itu berkembang dan hasil perkembangan itu dipergunakan
untuk mengembangkan pribadi itu lebih lanjut. Dengan demikian, kita dapat
mengetahui bagaimana kompleksnya perkembangan pribadi dan bagaimana uniknya
pribadi itu, sebab tentu saja tidak ada pribadi yang satu yang benar-benar
identik dengan pribadi yang lain. Inilah sebabnya mengapa tiap pribadi itu selalu
bersifat kompleks dan unik. [2]
Selain
factor yang telah disebut diatas, ada juga yang membagi factor yang
mempengaruhi kepribadian menjadi 3, yaitu :
1. Faktor biologis
Yaitu faktor yang berhubungan dengan
keadaan jasmani atau sering disebut faktor fisiologis. Sifat-sifat jasmani yang
ada pada setiap orang ada yang diperoleh dari keturunan, dan ada pula yang
merupakan pembawaan anak/orang itu masing-masing. Keadaan fisik yang berlainan
itu menyebabkan sikap dan sifat-sifat yang berbeda-beda pula.[3]
Secara
sepintas pengaruh keturunan (hereditas) tampak memiliki peran penting dalam
pembentukan struktur badan seperti tinggi, berat dan kuat. Namun, kita juga
tidak dapat mengabaikan pengaruh lingkungan dalam pembentukan karakter nalar
seperti kecerdasan, baik itu persoalan makanan, kesehatan, olahraga, memiliki
pengaruh besar pada perbedaan individual. Begitu juga dengan proses pendidikan
dan pelatihan keterampilan. [4]
2. Faktor sosial
Yang
dimaksud dengan faktor sosial disini ialah masyarakat, yakni manusia-manusia
lain di sekitar individu yang mempengaruhi individu yang bersangkutan. Yang
termasuk juga tradisi-tradisi, adat istiadat, peraturan-peraturan, bahasa dan
sebagainya yang berlaku dalam masyarakat itu.
3. Faktor kebudayaan
Meliputi cara-cara hidup, adat istiadat,
kebiasaan-kebiasaan, bahasa, kepercayaan dari suatu daerah/masyarakat tertentu
berbeda dengan masyarakat yang lain. Perkembangan dan pembentukan kepribadian
pada diri masing-masing orang/anak tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan
masyarakat dimana anak itu dibesarkan. [5]
C.
TIPE-TIPE
KEPRIBADIAN
Dalam
sejarah perkembangan psikologi penyelidikan para ahli terhadap watak dan
kepribadian itu terus berkembang. Bermacam- macam approach di lakukan oleh
banyak tokoh psikologi yang terkenal di berbagai Negara besar seperti belanda
jerman dan masih banyak yang lainnya. Uraian ini berhubungan dengan pembahasan karakterologi yang dilakukan oleh
G. Heymans seorang psikolog bangsa belanda yang melihat azas tingkah laku
seseorang ditentukan oleh 3 azas yang akan
di uraikan sebagai berikut:
a. Azas
emosionalitas, yaitu hal cepat atau mudahnya seseorang dipengaruhi oleh kehidupan
perasaannya (emosi).
b. Azas
aktivitas ialah suatu sifat yang menunjukkan mudahnya seseorang melakukan suatu
perbuatan secara spontan. Artinya individu yang memiliki azas ini ingin selalu
aktif bekerja melakukan kegiatan-kegiatan[6].
c.
Azas fungsi
sekunder (secondary-function) yaitu kuat
atau tidaknya seseorang menerima dan
menyimpan lama kesan kesan dalam jiwanya[7].
Heymans berkesimpulan ada delapan jenis
tipe kepribadian seseorang berdasarkan
ada dan tidaknya ketiga azas tersebut, untuk lebih mudahnya maka kita susun
sebagai satu table sebagai berikut
No.
|
Kepribadian
|
Emosionalitas
|
Aktifitas
|
Fungsi
Sekunder
|
1
|
Amorf
|
-
|
-
|
-
|
2
|
Sanguinis
|
-
|
+
|
-
|
3
|
Flegmatis
|
-
|
+
|
+
|
4
|
Apatis
|
-
|
-
|
+
|
5
|
Nerves
|
+
|
-
|
-
|
6
|
Koleris
|
+
|
+
|
-
|
7
|
Berpasi
|
+
|
+
|
+
|
8
|
Sentimental
|
+
|
-
|
+
|
Berdasarkan kuat dan tidaknya azas azas yang ada tiga jenis itu, maka
Heymans menerangkan sifat watak atau kepribadian seseorang sebagai berikut:
a. Amorf
(E-A-FS-)
Orang tipe
ini biasanya sifat-sifatnya: dalam berfikir (intelektual) kurang, biasa berfikir
dangkal, tidak praktis, picik. Ia pembeo,kaku, pelupa dan tidak cepat faham.
Mereka suka minum, pemboros, dingin dalam pembicaraan, singkat bicara, suka
dikuasai orang lain dan mengisolir diri sendiri serta suka menyepi.
b. Sanguinis
(E- A+ FS-)
Sifatnya infantilistik (kekanak kanakan ) namun
tidak mudah bingung, ketika punya masalah biasanya selalu dapat mengatasinya,
cekatan dan pemberani serta periang. Ia
suka bergaul, suka membaca dan kuat ingatannya.
c. Flegmatis
(E- A+ FS+)
Bersikap tenang, sadar, teratur, dapat menguasai
emosi. Ia tekun bekerja, teratur, teliti, sabar dan bijaksana.biasanya optimis,
tidak mudah patah harapan, cerdas dan mandiri(independent), ingatan kuat, daya
tanggapan baik, mathematisch, suka
membaca dan berfikir(intelektual).
d. Apatis
(E-A- FS+)
Dikatakan manusia mesin, sukar bergaul, tertutup,
pendiam, sukar tertawa. Ia apatis terhadap soal-soal social politik , jauh dari
self respect dan gila hormat atau ingin berkuasa, teguh pada pendirian dan
pendendam. Kehidupan pribadinya pemurung, tidak praktis dan dalam pandangan
politik konservatif.
e. Nerves
(E+ A-FS-)
Pada umumnya tipe ini selalu mengedepankan emosi,
sukar diduga dan tidak tetap pendirian. Sangat mudah tersinggung dan kehilangan
keseimbangan serta mudah membantah
pendapat orang lain. Ia agresif dalam tindakannya, tidak sabar, dangkal dalam
berpikir dan berpendapat , tidak praktis, gugup dalam berpidato,kaku dalm pergaulan,
namun selalu Nampak serius.
f.
Koleris
(E+A+FS-)
Ia adalah orang yang mudah bergerak, lincah dalam
bergaul, suka bekerja di waktu senggang, implusif dan berani. Ia adalah orang
yang cekatan, praktis, namun kurang berpikir mendalam. Keadaan emosinya kuat,
tida teguh pendirian, selalu berhati-hati dan telaten serta selalu optimis dan
riang gembira.
g. Berpasi
(E+A+ FS +)
Semua tipe dasar positif menunjukkan pribadi yang kurang sabar,
bersikap curiga, mudah mengkritik dan sukar memaafkan saat tersinggung. Ia
tekun dan teratur bekerja, teliti serta mandiri.ia punya target dalam tujuan
tertentu, ambisius (gila kekuasaan). Keras dan berani.orang ini lebih ditakuti
masyarakat daripada dicintai, perasaan family sistem kuat, namun dalam scope
nasional ia adalh patriot-patriot yang baik dan loyal. Dalam kehidupan pribadi
atau selaku pemimpin suka menolong keluarga dan bawahannya, bersemangat dan
saat berpidato pandai “membakar” dan bersiakp orator.
h. Sentimental
(E+A-FS+)
Tipe ini di anggap manusia perayu,bersiakp garang
dan implusif. Mereka dapat berpengaruh dan mempengaruhi orang lain dengan idealismenya,pecinta alam, namun suka
menyepi, tidak periang dan tidak mudah tertawa serta agak kaku dalam pergaulan,
tapi dan setia.
Hippocrates dan Galenus membagi tipe kepribadian manusia
menjadi empat golongan ditinjau dari keadaan zat cair yang ada didalm tubuhnya.
No.
|
Tipe
|
Karakteristik
|
Pengaruh
terbanyak
|
1
|
Sanguinis
|
Periang,
optimistis, cepat
|
Darah
|
2
|
Koleris
|
Mudah
marah, garang, agresif dan sukar mengendaikan diri
|
Empedu
kuning
|
3
|
Melankolis
|
Pesimistis
, pemurung, selalu menaruh rasa curiga
|
Empedu
hitam
|
4
|
Flegmatis
|
Lamban,
pemalas, pesimistis, wajah pucat, berpendirian teguh
|
Lendir
|
C.G. Jung membagi tipe manusia
dengan cara yang lain. Ia menyatakan bahwa perhatian manusia tertuju pada dua arah
sebagai berikut:
a. Tipe
extrovert , yaitu orang yang perhatiannya diarahkan ke luar dirinya. Orang tipe
ini mempunyai sifat: terbuka, mudah
bergaul, ramah, penggembira, mudah mempengaruhi dan dipengaruhi
lingkungan.
b.
Tipe introvert,
yaitu orang yang perhatiannya lebih mengarah pada dirinya sendiri. Biasanya
orang ini kurang pandai bergaul, pendiam, sukar dimengerti, suka menyendiri dan
sering takut kepada orang lain.
Menurut
penyelidikan ahli-ahli amerika serikat ada hubungan erat antara struktur phisik
seseorang dengan watak atau tingkah laku. Teori ini disebut physical types Seperti yang dikemukakan oleh seorang ahli penyakit
jiwa yang bernama Kreschtmer , menurutnya kepribadian manusia menurut tipe atau
tbuhnya masing-masing yaitu[8]:
a. Pignis
atau pyknoid: orang dengan perawakan gemuk(bundar), mempunyai sifat humor,
gembira optimis
b. Atletis
yang bertubuh atlit mepunyai sifat realistis, ingin berkuasa dan extrovert.
c. Astenis
: bertubuh kurus (tipis) biasanya sifatnya pemurung, sensitive, kaku dalam
pergaulan.
d. Displastis
(Hippoplastic):ialah orang yang perkembangannya tidak normal atau under
develoved (kerdil)selamanya membunyai perasaan inferiorritas(tertutup).
Menurut Eduard Spranger kehidupan
manusia dipengaruhi oleh dua macam kehidupan jiwanya, yaitu jiwa subyektif
(jiwa perorangan) dan jiwa obyektif (nilai kebudayaan yang besar pengaruhnya terhadap jiwa subyektif ),
menurutnya manusia dapat dibedakan atas
enam nilai seperti table berikut:
No
|
Tipe
|
Karakteristik
|
1
|
Manusia
politik
|
Ingin
berkuasa, tidak ingin kaya, kurang mencintai kebenaran
|
2
|
Manusia
ekonomi
|
Senang
bekerja dan mengumpulkan harta,agak kikir, bangga dengan hartanya.
|
3
|
Manusia
sosial
|
Suka
berkorban dan mengabdi kepada tuhan, mencintai masyarakat , pandai bergaul
|
4
|
Manusia
seni
|
Hidup
bersahaja, gemar mencipta, mudah bergaul, suka menikmati keindahan
|
5
|
Manusia
agama
|
Gemar
memuja, hidup hanya untuk tuhan , tidak suka harta, suka menolong orang lain
|
6
|
Manusia
teori
|
Gemar
membaca, berfikir dan belajar, ingin serba tau, tidak ingin kaya
|
D.
ASPEK-ASPEK
KEPRIBADIAN
Kepribadian itu mengandung
pengertian yang sangat kompleks yang terdiri dari bermacam-macam aspek, baik
fisik maupun psikis yaitu:
1. Sifat-sifat kepribadian (personality
traits).
Sifat
dalam istilah psikologi berarti ciri-ciri tingkah laku yang tetap (hampir
tetap) pada seseorang. Sifat merupakan kecenderungan-kecenderungan umum pada
seseorang individu untuk menilai situasi-situasi dengan cara-cara tertentu dan
bertindak sesuai dengan penilaian itu. Sifat merupakan ciri-ciri tingkah laku
atau perbuatan yang banyak dipengaruhi oleh factor-faktor dalam diri manusia
seperti pembawaan, minat, konstitusi tubuh dan cenderung bersifat tetap atau
stabil.
2. Intelegensi
Kecerdasan
atau intelegensi merupakan aspek kepribadian yang penting. Termasuk di dalamnya
kewaspadaan, kemampuan belajar, kecepatan befikir, kesanggupan untuk mengambil
keputusan yang tepat, kepandaian menangkap dan mengelola kesan-kesan atau
masalah, dan kemampuan mengambil keputusan.
3. Pernyataan diri dan cara menerima
kesan-kesan
Yang
termasuk kedalam aspek ini adalah: kejujuran, berterus terang, menyelimuti
diri, pendedam, tidak dapat menyimpan rahasia, mudah melupakan kesan-kesan, dan
lain-lain.
4. Kesehatan
Kesehatan
jasmani atau bagaimana kondisi fisik sangat erat hubungannya dengan kepribadian
seseorang.
5. Sikapnya terhadap orang lain
Sikap
seseorang terhadap orang lain tidak terlepas dari sikap orang itu terhadap
dirinya sendiri. Bermacam-macam sikap yang ada pada seseorang turut menentukan
kepribadianya.
6. Pengetahuan
Pengetahuan
yang dimiliki seseorang memainkan peranan penting di dalam
pekerjaan/jabatannya, cara-cara penerimaan dan penyesuain sosialnya,
pergaulanya, dan sebagainya.
7. Keterampilan
Keterampilan
seseorang dalam mengerjakan sesuatu, sangat mempengaruhi bagaiman cara orang
itu bereaksi terhadap situasi-situasi tertentu, misalnya: kecakapan
mengemudikan mobil, kecekatan dalam mengerjakan atau membuat
pekerjaan-pekerjaan tangan.
8. Nilai-nilai (values)
Nilai-nilai
yang ada pada seseorang dipengaruhi oleh adat istiadat, etika, kepercayaan dan
agama yang dianutnya. Semua itu mempengaruhi sikap, pendapat, dan pandangan
seseorang yang selanjutnya tercermin dalam cara-cara kita bertindak dan
bertingkah laku.
9. Penguasaan dan kuat-lemahnya
perasaan
Keadaan
perasaan yang berbeda-beda pada seseorang sangat mempengaruhi kepribadianya.
10. Peranan (roles)
Yang
dimaksud peranan disini adalah kedudukan atau posisi seseorang di dalam
masyarakat di man ia hidup. Termasuk dalam peranan ini ialah tempat dan
jabatannya, macam pekerjaannya, dan tinggi rendahnya kedudukan itu.
11. The self
The self
adalah individu sebagaimana diketahui dan dirasakan oleh individu itu sendiri,
ia terdiri dari self picture, yaitu aspek-aspek yang disadari dan pandangan
individu tentang dirinya sendiri yang tidak disadari. Dengan kata lain the self
adalah anggapan dan perasaan individu tentang siapa, apa, dan di mana
sebenarnya ia berada.
E.
PERKEMBANGAN
KEPRIBADIAN
Manusia lahir dengan potensi-potensi
kepribadian menurut sifat-sifat individualitas yang unik baik psychologis
maupun psycis. Meskipun pada dasarnya identitas kepribadian yang unik tiap-tiap
individu berbeda-beda, akan tetapi secara umum dapat kita lihat factor-faktor apakah
yang menentukan perkembangan pribadi manusia itu.
Meskipun
ada variasi yang berbeda-beda dalam perkembangan pribadi itu, ada satu hukum
yang tanpa kecuali tiap individu menempuh proses itu.
“Every
personality develops continually from the stage of infancy until death, and
through out this span it persists eventhough it change”.
“Setiap pribadi berkembang continue
dari masa bayi sampai meninggal dunia, dan melalui seluruh perkembangan hidup
itulah perubahan-perubahan itu berlangsung walaupun adanya pribadi itu sendiri
tetap”.
Dalam seluruh perkembangan itu tampak
bahwa tiap perkembangan maju muncul dalam cara-cara yang kompleks dan tiap
perkembangan didahului oleh perkembangan sebelumnya. Ini berarti bahwa
perkembangan itu tidak saja continue, tapi juga perkembangan fase yang satu
diikuti dan menghasilkan (menentukan) perkembangan pada fase yang berikutnya.[9]
Ada beberapa pendapat tentang
perkembangan kepribadian menurut beberapa tokoh, diantaranya ialah sebagai
berikut :
1. Carl
Gustav Jung
Menurutnya ada 4
tahap perkembangan kepribadian, yaitu :
a. Usia
anak (Childhood)
Tahap ini berlangsung dari usia 0-12. Jung mengamati
bahwa anak-anak sering mengalami kesulitan emosional. Menutnya, hampir pasti
kesulitan itu merefleksikan “pengaruh buruk di rumah”. Sampai anak masuk
sekolah, mereka masih belum memiliki kesadaran identitas diri. Menurut Jung,
anak hidup dalam atmosfer jiwa yang tertutup yang diberikan orangtuanya, dan
kehidupan psikisnya diatur oleh insting. Jelas salah sekali menginterpretasi
anak yang aneh, keras kepala, tidak patuh, atau sukar diasuh, sebagai
tingkahlaku yang sengaja atau tingkah laku yang terganggu secara serius. Dalam
kasus semacam ini selalu harus diuji iklim psikologis dan sejarah pengasuhan
anak. Hamper tanpa kecuali akan ditemukan bahwa penyebab “anak sulit” adalah
orangtuanya.
b. Usia
pemuda
Tahap ini berlangsung dari pubertas sampai usia
pertengahan. Tahap ini ditandai oleh meningkatnya kegiatan, kematangan seksual,
tumbuhkembangnya kesadaran, dan pemahaman bahwa era bebas masalah dari
kehidupan anak-anak sudah hilang.
c. Usia
pertengahan
Tahap ini dimulai antara usia 35 atau 40 tahun.
Menurutnya, tahap ini ditandai dengan munculnya kebutuhan nilai spiritual,
kebutuhan yang selalu menjadi bagian dari jiwa, tetapi pada usia muda dikesampingkan
karena pada usia itu orang lebih tertarik dengan nilai materialistic. Usia
pertengahan adalah usia realisasi diri. Mereka ingin memahami makna kehidupan
dirinya.
d. Usia
tua
Menurutnya, usia tua mirip dengan usia anak-anak,
pada kedua tahap itu fungsi jiwa sebagian besar bekerja di tak sadar. Pada
anak-anak belum terbentuk fikiran dan kesadaran ego, sedangkan pada orang tua
mereka berangsur-angsur tenggelam dalam tak sadar, dan akhirnya hilang masuk
kedalamnya. Jika pada awal kehidupan orang takut hidup, pada usia tua hamper
pasti orang takut mati.[10]
2.
Raymond B.
Cattel
Menurutnya ada 6
tahap perkembangan kepribadian, yaitu :
a. Tahap
bayi (infancy, 0-6 tahun)
Pada tahap ini individu sangat dipengaruhi oleh
orang tua dan saudara-saudaranya. Pengaruh-pengaruh tersebut membentuk sikap
sosial, kekuatan superego, perasaan aman dan tidak aman, sikap terhadap
otoritas, dan kemungkinan kecenderungan neurotic.
b. Tahap
anak (childhood, 6-14 tahun)
Ada awal kecenderungan menuju kemandirian dari
orangtua dan meningkatnya identifikasi dengan sebayanya.
c. Tahap
adolesen (adolescence, 14-23 tahun)
Kejadian kelainan mental, neurosis, dan delinkuensi
banyak muncul pada periode ini.
d. Tahap
kemasakan (maturity, 23-50 tahun)
Secara umum, awal tahap ini ditandai dengan
kesibukan, kebahagiaan, dan produktifitas. Kepribadian cenderung menjadi tidak
mudah berubah, lebih mantap, kalau dibandingkan dengan masa-masa sebelmunya.
e. Tahap
usia pertengahan (middle age, 50-60/70 tahun)
Kesehatan dan kekuatan mulai redup pada tahap ini,
begitu pula dengan daya tarik pribadi. Biasanya ada uji ulang terhadap
nilai-nilai yang menjadi pegangan hidup.
f. Tahap
tua (senility, 60/70-mati)
Tahap final,
melibatkan penyesuaian sejumlah kehilangan, kematian keluarga dan sahabat,
pension, kehilangan status di masyarakat, mengikuti perasaan kesendirian dan
tidak aman.[11]
3. B.F.
Skinner
Konsep perkembangan kepribadian
dalam pengertian menuju kemasakan, realisasi diri, transendensi dan unitas
kepribadian tidak diterima Skinner. Memang ada kemasakan fisik, yang membuat
orang menjadi berubah, lebih peka dalam menerima stimulus dan lebih tangkas dan
tanggap dalam merespon. Urutan kemasakan fungsi fisik yang sifatnya universal
sesungguhnya memungkinkan penyusunan periodisasi perkembangan kepribadian,
namun tidak dilakukan oleh Skinner karena dia memandang pengaruh eksternal
lebih dominan dalam membentuk tingkah laku.[12]
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri individu
sebagai sistem psiko-fisik yang menentukan caranya yang unik dalam menyesuaikan
diri terhadap lingkungannya.
2.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian diantaranya
adalah factor biologis, sosial, dan kebudayaan.
3.
Ada beberapa tokoh yang menjelaskan tentang
tipe-tipe kepribadian, diantaranya adalah Heymans, Hippocrates, Galenus,
C.G.Jung, Eduard Spranger. Dan mereka memiliki pendapat tentang tipe-tipe
kepribadian yang berbeda-beda.
4. Aspek-aspek
kepribadian antara lain adalah sifat-sifat
kepribadian (personality traits), intelegensi, pernyataan diri dan cara
menerima kesan, kesehatan, sikapnya terhadap orang lain, pengetahuan,
keterampilan, nilai-nilai (values), penguasaan dan kuat-lemahnya perasaan,
peranan (roles), the self.
5.
Ada beberapa
tokoh yang menjelaskan tentang tahap-tahap perkembangan kepribadian,
diantaranya adalah Carl Gustav Jung, Raymond B. Cattel, dan B.F. Skinner. Dan
mereka memiliki pendapat tentang tipe-tipe kepribadian yang berbeda-beda.
B. Saran
Dalam penulisan
makalah ini, masih banyak terdapat kekurangan, jadi diharapkan kepada para
pembaca agar kiranya memberikan masukan yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini.
[1]
Alex shobur, Psikologi Umum, (Bandung : CV Pustaka
setia, 2003), hal 300
[2] Su’adah dan Fauzik Lendriyono, Pengantar Psikologi, (Malang : UMM Press,
2003), hal 138
[3] Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2007), hal 154
[4] Abu Bakar, Psikologi dalam Perspektif Hadits, (Jakarta : Pustaka Al Husna
Baru, 2004), hal 263
[5] Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2007), hal 154
[6]
F Patty, Pengantar Psikologi Umum, (Surabaya : Usaha
Nasional,1982), hal 160
[7] Agus sujianto dkk, Psikologi Kepribadian, (Jakarta : Sinar
grafika offset, 1997), hal 33
[8]
Ibid
[11] Alwisol, Psikologi Kepribadian, (Malang : UMM Press, 2006), hal 296
[12]
Ibid, hal 395
Tidak ada komentar:
Posting Komentar