Nabi bersabda" wanita adalah tiang negara, jika baik wanita suatu negara maka baiklah negaranya, dan jika rusak mereka maka cepat atau lambat negara akan rapuh dengan sendirinya".
Nabi
menyamakan kaum wanita dengan tiang.yang menjadi pertanyaan kenapa harus tiang?
kenapa bukan yang lain? rentetan alasan tentu melatar belakangi sabdanya,
sebagaimana kita tahu akan sifat mulia dan tugasnya yang berat namun mulia jua.
sebagaimana sifat tiang dalam bangunan. ia adalah penentu kekuatan. rumah
mungkin saja nampak indah dari luar, namun tiada berarti jika rumah itu tidak
memiliki tiang yang kuat, karena kerobohan tentu akan menimpa.
wanita bukan sekedar pintu pembuka,bukan pula
atap tempat berteduh, ia bukan alas tempat kaki berpijak,bahkan bukan dinding
sarana penutup aib dari semua orang. namun wanita adalah tiang dan sekali lagi
jika tiang roboh niscaya robohnya bangunan sudah dapat dipastikan.
laki-laki boleh lebih pintar, tapi tentang
permainan perasaan wanita tidak bisa terkalahkan. laki-laki boleh lebih kuat
tenaga, tapi tidak untuk kesabaran menghadapi kesulitan wanita selalu
menahan. maka sekali lagi wanita adalah tiang, tumpuan segenap permasalahan
.
.
baru-baru ini hasil penelitian membuktikan bahwa
otak kanan wanita (untuk kemampuan ketrampilan) dan yang kiri (tempat mencerna
pengetahuan) seimbang, sementara untuk laki-laki memiliki kecenderungan dengan
otak kirinya lebih baik dari yang kanan. Wanita lebih mampu berketrampilan dan
ia lebih bisa untuk melakukan dua hal
sekaligus dalam waktu yang bersamaan. Karenanya jangan tersinggung jika anda
berbicara dengan wanita namun ia sambil mengerjakan hal lain, karena ia
memiliki konsentrasi seimbang.
Ternyata sabda nabi benar ketika menyebut wanita
sebagai tiang, karena sifat tiang adalah menjadi sandaran diciptakan
berkemampuan nelakukan banyak hal di waktu bersamaan. Dengan segenap perbedaan
wanita dan lelaki dicipta berlainan, maka tidak perlu menuntut persamaan hak
dan kesejajaran jika perbedaan itu bukan sebuah perendahan namun justru
pemuliaan kalau dapat mencernanya lebih dalam.
Perbedaan cara berpakaian misalnya adalah sarana
menghormati diri sendiri, karena wanita melindungi dirinya dengan pakaiannya
dari kejahatan laki-laki yang tak bertanggung jawab atas dirinya. Maka ketika
wanita membicarakan kesetaraan gender misalnya, mereka tidak sedang melakukan
kecuali berpindah kodrat dan kembali pada nilai rendah yang sebelum islam
diturunkan. Sungguh bukan proses menuju kesempurnaan.
Karena kesempurnaan wanita adalah ketika ia menjadi
tiang. Tempat sandaran untuk anak-anaknya, tempat keluh kesah suami
terkasihnya, tempat beragam macam kegiatan yang mampu dilakukannya bersamaan.
Maka, wahai para kaum hawa, wahai para tiang, tak
usah ingin menjadi atap, pintu, dinding atau yang lain………..
Tetaplah menjadi
tiang yang menjalankan fungsi tiang, karena bagaimanapun yang terpenting dalam
sebuah tatanan adalah tiang, langkah awal perubahan semua tergantung dari
engkau , ketika engkau kokoh dan tegar maka seluruh bangunan kan menjadi
demikian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar